Selasa, 19 Mei 2009

PENGERTIAN CERPEN

PENGERTIAN CERPEN
Cerpen bisa didefinisikan sebagai sebuah cerita yang formatnya sangat singkat, dan berisi penggalan cerita tertentu. Cerpen adalah karya fiksi. Maksudnya, cerita yang terkandung di dalamnya bukan kisah nyata.
Jadi jika anda menulis sebuah cerita yang merupakan pengalaman pribadi, maka itu bukanlah cerpen. Namun, anda bisa menulis sebuah cerpen berdasarkan kisah nyata. Dalam hal ini, kisah nyata tersebut hanya diperlakukan sebagai sumber ide. Setelah itu, ide tersebut diolah sedemikian rupa, sehingga ia menjadi cerita fiksi alias tidak nyata.
Cerpen tentu banyak jenisnya. Pembagiannya pun bermacam-macam. Berdasarkan segmen pembacanya, ada cerpen anak-anak, cerpen remaja, dan cerpen dewasa. Berdasarkan temanya, ada cerpen drama, cerpen misteri, cerpen humor, dan seterusnya.
Tidak ada aturan bahwa cerpen itu harus ada dialognya atau tidak boleh ada dialog, dan seterusnya. Intinya sebenarnya adalah pada kesatuan cerita yang ditulis. Jika anda merasa bahwa cerpen tersebut lebih menarik tanpa dialog, atau lebih menarik jika isinya dialog semua. ya itu semuanya terserah anda sebagai penulis. Setiap penulis punya kebebasan yang sangat luas dalam hal ini.
Novel dan cerber sebenarnya tidak ada bedanya. Cerber atau cerita bersambung adalah sebuah karya fiksi yang sangat panjang (jumlah halamannya) dan dimuat di sebuah media cetak secara bersambung. Sedangkan novel adalah sebuah cerita dalam bentuk buku. Maka, bila sebuah cerber diterbitkan menjadi buku, maka namanya akan berubah menjadi novel.
Ya, kira-kira demikianlah teorinya. Namun saya kira, anda tak perlu terlalu pusing memikirkan teori-teori seperti itu. Yang dibutuhkan oleh seorang penulis adalah pengetahuan dan keterampilan yang memadai sebagai modal untuk menulis.

Pengertian dan Unsur-Unsur Resensi

A. PENGERTIAN RESENSI
Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Yang akan kita bahas pada buku ini adalah resensi buku. Resensi buku adalah ulasan sebuah buku yang di dalamnya terdapat data-data buku, sinopsis buku, bahasan buku, atau kritikan terhadap buku.
Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.
Ada yang berpendapat bahwa minimal ada tiga jenis resensi buku :
1. Informatif, maksudnya, isi dari resensi hanya secara singkat dan umum dalam menyampaikan keseluruhan isi buku.
2. Deskriptif, maksudnya, ulasan bersifat detail pada tiap bagian/bab.
3. Kritis, maksudnya, resensi berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif.
Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku. Bisa jadi resensi jenis informatif namun memuat analisa deskripsi dan kritis. Alhasil ketiganya bisa diterapkan.
B. Unsur-unsur Resensi
Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:
1. Membuat judul resensi 2. Menyusun data buku 3. Membuat pembukaan
4. Tubuh atau isi pernyataan resensi buku 5. Penutup resensi buku

Jumat, 15 Mei 2009

KALIMAT AKTIF DAN KALIMAT PASIF

Kalimat Aktif
'Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu pekerjaan. Ciri
penting yang menandai kalimat aktif, predikat kalimat itu berupa kata kerja yang berawalan me(N)- dan ber-. Namun demikian, tidak sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai kedua imbuhan tersebut, misalnya yang terjadi pada kata makan dan minum.
(1) Bu Lurah sedang asyik makan tape.
(2) Supaya sistem pencernaan kita sehat, setiap pagi kita perlu minum air putih.
(3) Saya akan pergi sekarang juga.
(4) Pak Menteri akan datang malam ini.
(5) Kakak telah kawin dua tahun yang lalu.
Berdasarkan hubungan antara predikat dengan objeknya, kalimat aktif dapat dibagi
kedalam empat kelompok.

a. Kalimat aktif (transitif) yakni kalimat aktif yang predikatnya
memerlukan objek.
(1) Pemerintah tengah mengembangkan industri mobil nasional. S P O
(2) Narapidana itu sudah mencuri ayam milik Pak Lurah dua kali. S P O K

b. Kalimat aktif semitransitif, yakni kalimat yang predikatnya
memerlukan pelengkap.
Contoh:
(1) Pengembangan industri nasional bergantung pada ntutu SDM-nya. S P Pel.
(2) Usahanya hanva bermodalkan kejujuran dan keberanian. S P Pel.

c. Kaliraat aktif dwitransitif, yakni kalimat yang memerlukan objek dan
pelengkap secara sekalius.
Contoh:
(1) Kakak meminjami kawannya sebuah novel. S P O Pel.
(2) Ayah membelanjai ibu pakaian. S P O Pel.

d. Kalimat aktif intransitif, yakni kalimat yang predikatnya tidak
memerlukan objek ataupun pelengkap.
Contoh: (l) Ibu memasak di dapur. S P Ket.
(2) Ani bernyanyi S P

Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Kalima aktif, antara lain, ditandai oleh predikatnya yang berawalan di- atau ter-.
Contoh:
(1) Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
(2) Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
(3) Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
(4) Makalah ini harus kami tulis kembali.
(5) Pemimpin itu harus segera diganti karena sikapnya yang korup.

Kamis, 07 Mei 2009

Melestarikan Puisi

PROBLEMA



Karya : Neny Sudjana, S.Pd.


Satu persatu datang berganti
Yang satu datang yang lain pergi
Memberi rona dalam hidup ini
Inilah problema yang kuhadapi

Berat melangkah selalu membayangi
Hati resah dalam menghadapi
Problema ini selalu mengikuti
Dalam kehidupan ini

Problema .... problema ..... problema
Tak lepas dari kehidupan kita
Problema .... problema ..... probelema
Selalu datang selalu pergi

Hadapilah jangan kau lari
Problema datang dan pergi.

Jumat, 01 Mei 2009

BELAJAR TUNTAS DI SMA DENGAN MODUL
AYO MENULIS MODUL!


.
Kata Pengantar
Kurikulum SMA Edisi 2004 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum
SMA 1999 sebagai bagian rencana jangka panjang dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan. Pendekatan pemelajaran dalam kurikulum 2004 adalah
pemelajaran berbasis kompetensi harus menganut prinsip pemelajaran tuntas
(mastery learning) untuk menguasai sikap (attitude), ilmu pengetahuan
(knowledge) dan keterampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai dengan
profesinya sesuai yang dituntut suatu kompetensi. Untuk dapat belajar secara
tuntas, dikembangkan prinsip pemelajaran : a). Learning by doing (belajar melalui
aktivitas/kegiatan nyata, yang memberikan pengalaman belajar bermakna),
dikembangkan menjadi pemelajaran berbasis produksi; b). Individualized learning
(pemelajaran dengan memperhatikan keunikan setiap individu) dilaksanakan
dengan sistem modular.
Pelaksanaan kurikulum di SMA mengutamakan: a) penyiapan peserta
didik agar menjadi manusia produktif, mampu mandiri, mengisi lowongan
pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja
tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi dan program keahlian yang
dipilihnya, b). menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih
dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dengan mengembangkan
sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; c) membekali peserta
didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar mampu
mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, d) membekali peserta didik dengan
kompetensi-kompetensi sesuai dengan program keahlian yang dipilih.
Pengembangan pemelajaran berbasis kompetensi perlu didukung dengan
bahan ajar yang memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dalam
menyelesaikan suatu kompetensi secara utuh. Bahan ajar tersebut yang layak
digunakan adalah modul, sehingga dalam kegiatan proses belajar mengajar
disebut dengan sistem modul.
Tulisan ini disusun sebagai bahan masukan bagi para guru untuk
memahami konsep belajar tuntas, makna modul dan diharapkan para guru bisa
menulis modul untuk kegiatan belajar mengajar sistem modul.

Belajar Tuntas di SMA Dengan Modul

Bab I . Pendahuluan

A. DESKRIPSI
Nama Modul : Belajar Tuntas Di SMA Dengan Modul
Kode Kompetensi :
Ruang lingkup isi : .
Strategi Belajar mengajar Individual
.
Kegiatan Belajar mengajar Sistem Modul
.
Pedoman Penulisan Modul
.
Memulai Menulis Modul
B. PRASARAT
Untuk mempelajari modul ini, maka unit kompetensi dan pengetahuan yang
harus dikuasai sebelumnya adalah materi tentang beberapa pendekatan
kegiatan belajar mengajar.

C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Pemelajaran yang dilaksanakan menggunakan sistem Self Based
Learning atau sistem pemelajaran mandiri. Diharapkan seluruh peserta
diklat dapat belajar secara aktif dengan mengumpulkan berbagai sumber
selain modul ini, misalnya melalui majalah, media elektronik maupun
melalui internet.
2. Setelah menyelesaikan modul ini dengan taraf ketuntasan minimal 75%,
peserta diklat dapat melanjutkan ke modul selanjutnya
3. Widyaiswara
atau instruktur berperan sebagai fasilitator dan pengarah
dalam semua materi di modul ini, sehingga diharapkan dapat terjadi
komunikasi timbal balik yang efektif dalam mempercepat proses
penguasaan kompetensi peserta diklat.

D. TUJUAN AKHIR
Setelah mempelajari modul ini, peserta diklat diharapkan untuk dapat :
1. Menjelaskan strategi belajr mengajar individual
2. Menjelaskan kegiatan belajar mengajar sistem modul
3. Menjelaskan pedoman dalam penulisan modul
4. Mendemonstrasikan menulis menulis modul

F. Cek Kemampuan
1. Strategi belajar mengajar dibagi dua pendekatan, sebutkan!
2.Apa yang dimaksud dengan belajar mengajar sistem modul?
3.Apa yang dimaksud dengan modul?
4.Bilamana modul dikatakan baik?
5.Coba sebutkan urutan rancangan (kerangka) dalam menulis modul!

Belajar Tuntas di SMA Dengan Modul

Bab II . Pemelajaran

A. KEGIATAN PEMELAJARAN I
BELAJAR MENGAJAR SISTEM MODUL
1. Pendahuluan
Terdapat tiga tantangan yang cukup berat sedang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini, yaitu : (1) adanya kebijakan otonomi daerah yang saat ini
sedang berjalan (desentralisasi), (2) adanya AFTA (Asia Free Trade Area) yang
mulai berlaku tahun 2003, dan (3) globalisasi yang akan terjadi tahun 2020.
Ketiga tantangan tersebut merupakan ujian yang harus dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Tantangan tersebut perlu dihadapi oleh SDM kita yang berkualitas,
namun menurut Survei Human Development Index sebagaimana diungkapkan
oleh Yutata Hadi Andoyo Direktur Direktorat Peguruan Tinggi Swasta Ditjen
Pendidikan Tinggi Depdiknas, kualitas SDM Indonesia saat ini menduduki
peringkat ke 105. Untuk ilustrasi , perangkat SDM di kawasan Asia Tenggara
yaitu Singapura menduduki peringkat 25, Brunei 26, Malaysia 56, Thailand 57
dan Pilipina 77. (Jawa Post, 11 Juli 2000).
Dalam upaya peningkatan SDM, peranan pendidikan cukup menonjol.
Oleh karena itu sangat penting bagi pembangunan nasional untuk memfokuskan
peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada
sekolah yang bermutu, dan sekolah yang bermutu akan menghasilkan SDM yang
bermutu pula.
Peningkatan sumber daya manusia dalam dunia pendidikan dapat
diupayakan melalui pembelajaran berbasiskan kompetensi (competency based
training). Pelaksanaan strategi tersebut dilakukan melalui (1) penataan kurikulum,
(2) menyusun bahan ajar/modul. (3) penyusunan standar pelayanan minimal,
dan (4) penyelenggaraan diklat berbasiskan produksi (production based training).
Kegiatan pembelajaran dengan bebasiskan produksi pada hakekatnya
merupakan perpaduan antara penguasaan konsep dan prinsip terhadap suatu
obyek serta penerapannya dalam kegiatan produksi, dengan memperhatikan
fakta lapangan dan menggunakan prosedur tetap untuk menghasilkan produk
barang dan jasa yang standar.
Pendekatan pembelajaran dengan sistem modul memberikan kesempatan
kepada peserta diklat untuk belajar secara mandiri sesuai dengan percepatan
pembelajaran masing-masing. Modul sebagai alat atau sarana pembelajaran
berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang
secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Dengan pembelajaran melalui sistem modul maka dalam pembelajaran di
sekolah akan memperoleh keuntungan yaitu (1) keutuhan dan ketuntasan
penguasaan kompetensi, (2) kesinambungan proses pembelajaran, (3) efisiensi
penggunaan sumber daya pendidikan. Untuk itu perlu adanya penyusunan bahan
ajar atau modul sesuai dengan analisis kompetensi, agar peserta diklat dapat
belajar secara efektif dan efisien.

2. Strategi Belajar Mengajar Individual
Dalam strategi belajar mengajar pada umumnya dibagi dua pendekatan
yaitu pendekatan kelompok dan pendekatan individual. Pendekatan kelompok
terdiri dari metode kuliah (ceramah), metode diskudi, metode simulasi, metode
demonstrasi dan eksperimen, metode inquiry dan discovery. Pendekatan
individual terdiri belajar tuntas model Bloom, Personalized System of
Instructional
(PSI), Sistem pengajaran Plan, dan sistem pengajaran modul.
Jika dalam strategi belajar mengajar pendekatan kelompok ditekankan
pada konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), maka dalam strategi belajar
mengajar individual ditekankan pada mastery learning atau belajar tuntas . . .
Dalam kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru pada hakekatnya
mendorong siswa untuk belajar. Belajar yang dilaksanakan oleh siswa sebetulnya
bersifat individual maksudnya setiap siswa secara individu memperoleh pengaruh
dari luar dalam proses belajar mengajar dengan kadar yang berbeda-beda,
sesuai dengan kemampuan daya serap masing-masing, maka seyogyanya hasil
perstasi belajar merekapun berbeda-beda antara individu satu dengan lainnya.
Prosedur dalam proses belajar mengajar atau strategi belajar mengajar
hendaknya dapat membuat siswa dapat belajar secara optimal. Konsep untuk
mengoptimalkan siswa dapat dilalui dengan menggunakan konsep CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif). Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) pada hakekatnya
merupakan suatu konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar
mengajar baik oleh guru maupun oleh siswa. Guru dalam proses belajar
mengajar berlaku sebagai fasilitator dan coordinator kegiatan belajar siswa,
bukan sebagai pengajar (instruktur) yang mendominasi kegiatan di kelas, sedang
siswa berlaku aktif dalam keterlibatan emosional dengan cara mengalami,
menganalisa, berbuat dan pembentukan siswa sehingga siswa terangsang untuk
kreatif dalam berlangsunganya proses belajar mengajar.
Konsep belajar tuntas dalam strategi belajar mengajar pendekatan
individual dapat dijelaskan oleh Muhammad Ali (1987:95) sebagai berikut :
Belajar tuntas dapat diartikan sebagai penguasaan (hasil belajar) siswa secara .
penuh terhadap seluruh bahan yang dipelajari. Hal ini berlandaskan pada suatu
gagasan bahwa kebanyakan siswa dapat menguasai apa yang diajarkan di
sekolah, bila pengajaran dilakukan secara sistematis. Bloom menggambarkan
mengenai belajar tuntas sebagai berikut :
a. Dalam kondisi belajar optimal, serbagian besar siswa dapat menguasai
secara tuntas apa yang diajarkan
b. Tugas pengajar perlu mencari sarana yang memungkinkan siswa dapat
menguasasi secara tuntas suatu bidang studi
c. Perbedaan bakat terhadap suatu bidang studi sesuai dengan jumlah
waktu yang diperlukan untuk menguasai secara tuntas bidang studi tersebut
d. Dengan diberikan waktu belajar cukup, hampir semua siswa dapat
mencapai belajar tuntas
e. Setiap siswa harus memahami sifat tugas yang dipelajari dan prosedur
yang diikuti dalam belajar
f. Akan sangat bermanfaat bila disediakan beberapa kemungkinan media
pengajaran dan kesempatan belajar
g. Guru hendaknya menyediakan dan memberikan catu balik dan
perbaikan bagi kesalahan dan kesulitan belajar

h. Guru harus mencari berbagai cara untuk memperoleh waktu yang
diperlukan siswa untuk belajar
i. Perumusan TIK suatu pelajaran adalah merupakan prakondisi bagi belajar tuntas
j. Proses belajar lebih baik jika bahan pelajaran dipecah menjadi unit-unit
kecil, dan memberikan test setiap akhir unit tersebut.
k. Usaha belajar siswa ditingkatkan apabila diadakan kelompok kecil
terdiri 2-3 orang untuk bertemu secara teratur untuk menelaah hasil
tesnya, dan dapat saling membantu mengatasi kesulitan belajar
brdasarkan hasil tes itu
l. Penilaian terakhir terhadap hasil belajar harus berdasarkan pada
tingkat penguasaan yang dinyatakan dalam instruksional khusus bidang studi tertentu

3. Kegiatan Belajar Mengajar Sistim Modul
Salah satu pengajaran pendekatan individual dengan konsep belajar
tuntas adalah pengajaran sistim modul. Sistim ini biasa diterapkan pada SLTP
terbuka, SLTA terbuka dan Universitas Terbuka (UT). Sistim modul juga
direkomendasikan penerapannya pada sekolah SMA sesuai dengan tuntutan
kurikulum edisi 1999 dan edisi 2004. Dengan sistem modul diharapkan anak didik
dapat belajar mengajar ke taraf tuntas (mastery learning) pada kompetensi yang
sedang dipelajari.
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai
dengan tingkat kompleksitasnya (depdikbud, 2003), sedang Suhardjono
(1995:41) memberikan definisi modul adalah materi pelajaran yang disusun dan
disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan
dapat menyerap sendiri materi tersebut. Dari kedua pengertian tersebut maka
jelaslah bahwa modul adalah sarana pembelajaran secara tertulis yang disusun
secara sistematis agar peserta didik dapat menyerap sendiri materi pelajaran.
Dengan modul maka guru tidak lagi mengajar menggunakan pendekatan
kelompok dengan cara klasikal seperti melakukan metode ceramah dengan
didengarkan oleh peserta didik. Namun dalam sistim modul guru berlaku sebagai
fasilitator, dia akan membagi materi pelajaran dalam bentuk tertulis selanjutnya
dibagikan kepada peserta didik. Peserta didik akan membaca untuk memahami
materi pelajaran tersebut, mengerjakan tugas yang ada pada setiap sub pokok
bahasan. Tentu suasana kelas menjadi tenang dan tidak terdengar suara guru
menjelaskan materi pelajaran. Mungkin hanya sesekali guru memberi penjelasan
secara klasikal namun selebihnya guru hanya memberi penjelasan per individu
sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing individu dalam menyerap
materi pelajaran. Mungkin ada individu yang cepat paham akan materi pelajaran,
mungkin ada yang kurang bahkan belum paham. Mereka yang cepat paham
tentu tidak perlu minta penjelasan kepada guru, namun bagi yang kurang atau
belum paham mungkin perlu bertanya kepada guru, bertanya kepada teman
kelompoknya atau mencari solusi lain untuk membantu pemahaman terhadap
materi pelajaran.